Nama anak itu adalah Denias. Ia tergolong seorang anak dari keluarga miskin. Namun, ia memiliki cita-cita dan impian yang tinggi, yaitu bersekolah. Di daerahnya tidak ada sekolah yang layak dijadikan sarana belajar. Selama itu, ia dan anak-anak kampung yang lain bersekolah di sebuah gubuk (tempat ia dan teman-temanya belajar) yang dibangun bergotong royong bersama teman-temanya.
Di sekolah dan di lingkungan bermain, ia memiliki seorang teman yang selalu mencuranginya dan berbuat tidak baik kepadanya. Dia adalah Noel. Denias berani melawan siapapun demi kebenaran, tak perduli dengan siapa ia berhadapan. Hal itu ia tunjukan kepada Noel yang anak seorang Kepala Suku.
Pada mulannya Denias dan teman-temannya di gubuk tersebut diajar oleh seorang guru yang berasal dari Jawa. Namun, karena Istri guru tersebut sakit keras di Jawa, ia akhirnya pulang ke Jawa. Gubuk itupun sekarang sepi dan tidak ada yang bersekolah lagi.
Denias bingung. Harus kemana lagi ia akan bersekolah. Ia kemudian menemui seorang tentara RI yang bernama Maleo yang biasa dipaggilnya Pak Leo. Denias mengungkapkan bahwa ia tidak dapat bersekolah lagi. Pak Leo pun memutuskan untuk mengajar Denias dan teman-temannya.
Denias memang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Hal itu dilakukannya sehari-hari. Suatu hari ibunya terjatuh karena kondisi kesehatannya yang kurang baik. Denias langsung sigap menghampirinya dan menolongnya.
Beberapa saat kemudian ibunya pun tertidur. Saat itu Denias tiba-tiba dipanggil oleh beberapa orang temannya. Denias dipanggil dan rencanannya diajak berburu ke hutan.Ia bingung antara merawat ibunya dengan paksaan teman-temannya.
Melihat ibunya yang sedang tidur, rasa solidaritasnya muncul. Ia kemudian bersedia berburu ke hutan bersama teman-temannya. Namun, ia lupa bahwa sebelum berangkat berburu, ia menggantungkan bajunya di atas perapian dekat ibunya yang sedang tidur pulas. Baju tersebut kemudian terjatuh ke perapian. Sampai akhirnya baju yang digantung diatas perapian itu jatuh dan mengakibatkan rumah beserta ibunya terbakar. Denias pun langsung berlari kerumahnya yang telah terbakar. Ia mengalami sok berat selama beberapa hari. Sampai akhirnya ia dapat ceria lagi dan mau sekolah lagi.
Denias pun mulai kembali kesekolah dan belajar lagi bersama teman-temannya. Tapi ayahnya tidak ingin Denias untuk sekolah. Ayahnya ingin Denias membantu ayahnya. Namun Denias tetap pergi sekolah mekipun harus diam-diam dari ayahnya.
Tidak lama kemudian, gubuk tempat Denias dan teman-temannya sekolah itu roboh dan hancur oleh gempa bumi. Denias dan teman-temannya tidak punya tempat sekolah lagi. Pak Leo lalu berinisiatif untuk membangun tempat sekolah yang sangat sederhana.
Pembangunan gubuk itu ternyata banyak yang tidak setuju. Tempat itu dilarang berdiri di sana. Pada saat itu juga Pak Leo dipindahkan tugasnya dari desa tersebut. Denias pun kembali sedih karena harus berhenti sekolah lagi.
Denias pun teringat oleh kata-kata Pak Leo bahwa di balik gunung ada tempat sekolah. Ia kemudian meningalkan kampung halamannya dan juga ayahnya. Ia pergi dengan sembunyi-sembunyi. Ia pergi melewati gunung untuk sampai ke kota. Ia berlari kencang untuk segera sampai di kota.
Sesampainya di kota, ia mendapat seorang teman yang bernama Enos. Ia adalah gelandangan. Ia kemudian pergi kesekolah yang dituju. Di sana ia bertemu dengan Bu Sam. Bu Sam menanyakan tujuan Denias datang ke sekolah itu.
Namun Bu Sam sempat bingung harus bagaimana. Menurut peraturan dari sekolah, Denias tidak bisa sekolah disana, dikarenakan tidak mempunyai biaya yang cukup. Bu Sam berusaha keras untuk bisa memasukkan Denias ke sekolah tersebut. Untuk sementara waktu, Denias tinggal di rumah Bu Sam. Namun tidak lama. Ia kemudian tinggal di asrama sekolah.
Bu Sam berjanji kepada Denias bahwa ia akan dapat masuk di sekolah itu. Denias pun bertemu dengan seorang anak gadis yang berama Angel. Ia berteman akrab dengan Denias. Hal itu menyebabkan hati Noel sakit. Dan saat itulah Denias tahu bahwa Noel juga sekolah di tempat itu. Didalam asrama Denias pun selalu dijaili oleh Noel. Tempat tidur Denias dipakai tidur oleh Noel. Hingga akhir disetiap malam Denias selalu tidur dilantai.
Di sekolah itu Denias masih difungsikan sebagai pelayan kantin. Suatu ketika, saat jam istirahat dan makan, Denias mengantarkan hidangan kepada siswa-siswa tersebut. Denias pun dikerjai lagi oleh Noel. Denias dijatuhkan oleh Noel, denias tidak menghiraukannya, tapi Noel malah mengajaknya berkelahi. Noel pun bermaksud ingin memukul Denias, namun Denias masih memegang piring dan dijadikan alat menahan pukulan Noel. Hingga akhirnya tangan Noel berdarah dan patah.
Denias merasa bersalah. Ia beranggapan bahwa telah melanggar nasehat Bu Sam. Dan ia pasti tidak akan diterima bersekolah di tempat itu. Ia kemudian berlari kencang keluar. Entah kemana ia pergi. Bu Sam mencarinya, namun tidak ketemu. Denias berniat kembali ke kampungnya. Ia merasa sudah tidak punya peluang untuk bersekolah disana lagi.
Denias adalah anak yang berbudi baik. Ia tidak lupa dengan orang yang menolongnya. Ia berpamitan dengan Bu Sam untuk pulang ke kampung halamannya. Saat itulah, Denias mendapat kabar gembira dari Bu Sam, bahwa ia diterima bersekolah di tempat itu. Hati Denias sangat bahagia. Impian dan cita-citanya kini tercapai juga. Ia pun membatalkan niatnya untuk pulang ke kampung halamannya. Ia bersekolah dan mulai mengukir masa depannya. “DENIAS SENANDUNG DIATAS AWAN”
Pendapat saya :
Ini adalah sebuah film yang sangat wajib ditonton dan film ini menjadi salah satu film yang baik bagi kita sebagai pelajar Indonesia. Film ini mengajarkan kita untuk selalu mengejar cita-cita yang kita inginkan. Jangan pernah merasa takut untuk mangambil keputusan. Film ini juga mengajarkan kita untuk cepat bangkit jika kita sedang terjatuh atau mengalami sebuah musibah. Jangan sampai berlarut dalam kesedihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar